Total Pageviews
Translate
Friday, December 28, 2012
Demokrasi dan pembangunan partai
By
Tama Laka AQUITA
SISTEM demokrasi kita saat ini, telah menjadikan partai politik (parpol) sebagai sarana perjuangan aspirasi yang efektif. Sebagai sarana perjuangan, maka partai politik bukanlah tujuan dari perjuangan. Sehingga, sangat disayangkan jika ada partai politik yang telah memperoleh mandat dari rakyat tidak bekerja untuk rakyat.
Bahkan, kita akan sangat prihatin jika ada partai politik yang terus menerus konflik dan tidak solid di internalnya, hanya karena perebutan kursi kekuasaan kepengurusan partai politik dan yang sangat memprihatin adalah pertengkaran tentang dan subsidi dari pemerintah. Atau disebabkan dinamika perbedaan pendapat dalam menafsirkan peraturan organisasi partai politik.
Dalam konteks membangun partai politk, menurut penulis ada tiga indikator yang harus dimiliki. Yaitu besar, kuat dan mengikuti tren perkembangan zaman. Ketiga indikator ini, menjadi kata kunci agar organisasi partai politik menjadi efektif dan dapat menjawab persoalan yang dihadapi rakyat sebagai pemegang mandat demokrasi.
Tuntutan agar partai politik menjadi besar, merupakan tuntutan yang wajar dalam demokrasi. Sebab, mustahil satu partai politik dapat memperjuangkan cita-cita yang dimilikinya, jika hanya didukung beberapa orang dan tidak memiliki jaringan struktural yang mengakar di tengah-tengah rakyat, baik pada tingkat lingkungan, Aldeia, suco, sub-distrito dan Distritik.
Partai politik yang besar harus mampu menampung banyak suara dan sekaligus memegang mandat rakyat untuk bekerja mewujudkan harapan rakyat. Sehingga, untuk menjadi besar, satu partai politik harus dapat meraih simpati rakyat sebagai pemilik suara dalam sistem demokrasi. Maka, sepatutnya partai politik dalam kerja-kerja pelayanannya kepada rakyat harus memperhatikan kebutuhan dasar dan aspirasi rakyat.
Sebab, sudah tidak zamannya lagi rakyat diberikan janji politik yang semu tanpa kerja yang nyata. Oleh karena itu, dukungan pemilik suara yang diberikan pada setiap Pemilu presiden dan Pemilu parlemen, menjadi satu indikator apakah satu partai politik calon presiden akan mampu meraih simpati rakyat dan menjadi besar atau tidak?
Jaringan merupakan kunci agar partai politik dikenal dan dekat dengan pemilik suara. Partai politik yang besar harus didukung dengan jaringan struktural organisasi yang menjembatangi sampai di tingkat terkecil komunitas rakyat. Jaringan yang tersebar sampai di komunitas terkecil rakyat akan membuat partai politik dapat mudah mengetahui persoalan mendasar yang dihadapi rakyat, sehingga partai politik dapat meraih simpati rakyat.
Setelah didukung dengan sebagian besar pemilik suara di tanah air dan memiliki jaringan struktural organisasi yang luas, maka satu partai politik dapat menjadi kuat dengan dukungan, pertama, kokohnya bangunan sistem organisasi partai politik. Kedua, pengurus yang solid. Ketiga, kaderisasi.
Kokohnya bangunan sistem organisasi menjadi satu syarat mutlak agar partai politik dapat menjadi organisasi yang kuat. Sebab, sistem organisasi yang lemah, akan membuat banyak persoalan dalam menjalankan organisasi, hingga pada akhirnya akan membuat partai politik terjebak dalam konflik internal yang berkepanjangan. Selain itu, jika bangunan sistem organisasi partai politik tidak kokoh, dapat memunculkan ketidakpercayaan rakyat kepada satu partai politik tersebut.
Selain dari sistem organisasi yang kokoh, menjadi satu partai politik yang besar dan kuat harus didukung juga dengan kualitas pengurus yang memiliki kemampuan membangun organisasi dengan baik, loyal dan solid. Jika pengurus suatu partai politik tidak memiliki visi, misi dan program yang besar untuk membangun organisasinya, maka yang akan terjadi adalah kegamangan dalam menjalankan roda organisasi. Hal terburuk yang dapat terjadi adalah tidak berjalannya organisasi partai politik dengan baik.
Selanjutnya, selain kemampuan membangun partai politik, pengurus juga dituntut memiliki rasa loyalitas yang baik dan teruji kepada partai politik-nya. Loyalitas adalah kesetiaan, kemauan untuk berkorban dalam membangun dan mengabdi kepada partai poitikl-nya. Loyalitas menjadi satu kriteria yang terukur untuk melihat kualitas kepengurusan suatu organisasi parpol.
Sebagai contoh, jika kita cermati, ada beberapa oknum tokoh partai baik di tingkat nasional maupun dari Distritk, yang dalam kurun waktu 5 tahun, sudah berganti baju partai politik lebih dari 2 kali. Kenapa ini bisa terjadi? Apakah kepentingan pribadi bisa mengalahkan loyalitas terhadap partainya?
Selain loyalitas, salah satu syarat lainnya agar suatu partai politik menjadi besar dan kuat, adalah kesolidan. Semestinya, dengan semangat kebersamaan dan loyalitas yang kita miliki saat-saat proses membangun partai politik, perpecahan dan konflik bisa dicegah. Bagaimana mungkin, organisasi partai politik bisa besar jika setiap waktu masing-masing pengurus saling bertikai dan mementingkan pribadi masing-masing? Karena itu, solid dan kebersamaan menjadi penentu untuk membesarkan partai politik pada masa yang akan datang.
KADERISASI
Membangun partai politik agar menjadi besar, kuat dan moderen juga harus didukung dengan sistem kaderisasi yang produktif. Sebab, tidak dipungkiri dalam sistem demokrasi di negara kita ini, peran strategis parpol sebagai elemen utama proses demokrasi, adalah menjadi sumber kader bagi pengisian jabatan-jabatan politik kenegaraan.
Partai politik yang berhasil melakukan pendidikan, membangun karakter kader-kadernya, dan merekrut orang-orang yang memenuhi kualifikasi, akan menjadi partai politik yang besar dan kuat. Yang dapat mengisi kursi kekuasaan strategis di pusat maupun di daerah sampai ditingkat suco dan aldeia. Proses kaderisasi yang produktif akan menjadikan partai politk memiliki banyak kader yang menjadi tokoh di tengah-tengah masyarakat.
Memperkuat karakter partai merupakan salah satu roh untuk membesarkan Partai Politik. Hal ini telah dilakukan oleh kepemimpinan Partai Sosialis. Selama ini menjalankan praktik politik yang santun, bersih dan menjunjung tinggi demokrasi. Seperti katak; wakil presiden Partai Sosialis Antonio Maher Lopez alias FATUK MUTIN “ Mendirikan Partai Politik tujuan utama bukan untuk kekuasaan, tujuan utama untuk mendidik. Pertama ; Partai Politik sebagai Pendidikan Non Formal atau sebagai Pendidikan Rakyat. Kedua ; Partai Politik sebagai instrument politik dalam pembangunan bangsa. Ketiga ; Partai Politik memiliki proyeksi menuju kekuasaan. Hal itu pula yang akan menjadi inspirasi untuk membangun karakter kader partai dalam proses kaderisasi ke depan. Semangat kepemimpinan kita menjadi salah satu contoh, upaya Partai Sosialis untuk dapat membangun struktur basis partai yang besar dan kuat di Timor-Leste.
Banyak pola kaderisasi yang bisa kita adopsi dan kembangkan. Tapi yang sangat diutamakan adalah konsistensi kita terhadap pola kaderisasi yang terukur. Pola kaderisasi yang kita gunakan adalah sangat merakyat, karena dari kaderisasi ditingkat aldeai dan suco kita dapat menghasilkan kepemimpinan basis yang dapat memimpin system pemerintahan yang paling kecil dalam Negara kita yaitu Chefe Suco dan Chefe Aldeia.
PRAGMATISME RAKYAT
Membangun parpol dalam kondisi kehidupan yang dihadapi oleh rakyat kita sekarang memiliki banyak tantangan. Salah satunya adalah pragmatisme rakyat dan ekslusifisme elit parpol. Penyebab munculnya pragmatisme rakyat, adalah karena ketidakmampuan partai politik dalam memenuhi harapan idealisme rakyat. Rakyat memiliki harapan dan cita-cita, sehingga tidak salah jika banyak elit Partai mulai mengabaikan aspirasi dan cita-cita luhur perjuangan rakyat, maka rakyat akan menghukum dengan sikap pragmatisme yang juga mengacuhkan pentingnya politik yang bersih dalam membangun kebesaran partai dan ideology yang jelas.
Jika kita coba melihat fakta sejarah, yaitu pada masa perjuangan kemerdekaan kita. Kedatangan para Mahasiswa Timor-Leste dari Portugal pada tahun 1975 membawa wacana politik ideology yang jelas. Walaupun terbungkus dalam suatu Front Revolucioner namun dalam praktek dan tindakan mereka menunjukkan kearah mana mereka akan membawa bangsa maubere.
Munculnya pragmantisme selain dari ketidakmampuan partai politik dalam memenuhi harapan idealisme rakyat, juga disebabkan akibat dari ketidakjujuran antara kepemimpinan generasi tua terhadap sejarah perjuangan masa lalu mereka.
Oleh karena itu,partai politik harus berpikir untuk meyakinkan rakyat untuk perjuangan politik dan ideologis masing-masing partai politik. Menurut penulis, kini adalah saat-saat yang tepat bagi generasi muda untuk menyikapi keadaan dimana kita hidup kondisi politik yang terjadi agar ketika kita berada dalam kursi kekuasaan yang diberikan oleh rakyat, maka selalulah melakukan muhasabah diri, agar pribadi-pribadi kita menjadi teladan yang baik bagi masyarakat disekeliling kita. Keteladanan itu bisa dimulai dari kehidupan rumah tangga kita, kedisiplinan kita dalam bekerja, juga pelayanan yang kita berikan buat rakyat.
Jika para Chefe Suco/kepala desa, Administrador Sub-Distrito/Camat, Administrador Distrito/kepala Daerah, Deputado/wakil rakyat dan elit partai politik memberikan keteladanan yang serba pragmatis dan terjebak dalam kepentingan sesaat, maka rakyat juga akan pragmatis. Pada akhirnya kondisi ini bisa menghancurkan bangunan demokrasi yang memiliki nilai-nilai luhur bagi keberlangsungan bangsa ini.
Semoga tulisan ini menjadi bahan referensi bagi para pendiri Partai Politik di Negara kita yang telah mencapai 26 Partai Politik dan para wakil rakyat selama 10 tahun ini selalu mengatakan mereka adalah wakil rakyat yang sebenarnya. Semoga dengan UU Partai Politik dan UU pemilihan Umum yang baru Partai Politik memiliki wewenang penuh menjadikan mereka wakil rakyat yang diutus oleh Partai Politik karena Rakyat Memilih Partai Politik bukan memilih individu yang mengatasnamakan rakyat.