Total Pageviews
Translate
Friday, December 28, 2012
Tentang Tama laka Aquita Nofi Part 13
Dirumah sakit Oxford saya ditanyai oleh oleh apakah anda pernah mendapat kecelakaan? Saya menjawab dan menjelaskan dengan menceritakan secara singkat kepada para dokter ahli penyakit dalam bahwa saya tidak pernah mendapat kecelakaan tapi saya pernah mendapat penyiksaan yang sangat berat dari komando pasukan khusus Indonesia(Indonesian Army) selama 4 bulan ketika saya ditangkap oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebelum dibawah ke penjara Becora.
Setelah itu saya mendapatkan Check up dan perawatan secara keseluruhan terhadap semua penyakit dan rasa sakit yang saya alami selama 12 tahun. Ketika berada di rumah sakit Oxford saya menulis pesan melalui telepon genggam saya kepada dua orang teman seperjuangan yang sangat dekat dengan saya, yaitu Shalar Kossi (Avelino Coelho) dan Nilton Gusmao dos Santos. Setelah itu saya harus berada di Oxford Hospital selama 7 hari 6 malam selama minggu paskah. Kembali ke rumah dengan kondisi yang membaik namun saya harus beristrihat dirumah selama dua minggu sebelum kembali bekerja secara normal.
Setelah kembali bekerja saya menerima telepon dari Shalar Kossi meminta kesedian saya untuk kembali ke Timor Leste. Namun waktu itu saya tidak bisa menjawab dengan mengatakan kepada Shalar Kossi bahwa anak kedua saya yang cacat itu masih dalam perawatan yang intensif. Semua pemeriksaan dan perawatan terhadap anak saya berjalan sesuai dengan program para ahli dokter. Dari radiografi/Scan otak, pemeriksaan terhadap saluran pernapasan dan tenggorokan
sampai operasi ditelapak kedua kaki dan paha hingga pembuatan lubang di bagian stomach agar segala minuman Milk, air minum dan obat syrup dimasukkan melalui alat tube tersebut. Semua itu dilakukan untuk agar anak saya mendapatkan mineral yang normal dapat membantu pertumbuhannya secara normal.
Memasuki awal tahun 2005 saya lebih berkonsentrasi agar bagaimana dapat mencari jalan guna mendapatkan perawatan terhadap anak kedua saya yang telah cacat sampai Maret 2010 saya tidak peduli semua kondisi kesehatan atau masadepan saya untuk mendapat sesuatu gelar untuk ikut serta membangun Negara Baru Timor Leste yang telah berdiri. Satu perjuangan baru bagi saya untuk menyelamatkan anak saya yang cacat dan ketiga anak saya demi masadepan mereka.
Dengan pekerjaan yang ada dan gaji yang mencukupi untuk standard hidup di United Kingdom serta perawatan yang intensif terhadap anak kedua saya cacat dengan segala fasilitas dan pelayanan kesehatan yang kami dapatkan untuk keluarga terutama anak-anak saya mendapatkaan high attention karena anak saya yang cacat saya tidak dapat membohongi diri saya sendiri bahwa saya akan menetap di UK.
Dengan pekerjaan yang saya dapatkan saya meminta kedua adik saya untuk melanjutkan pendidikan mereka di Bandung-Indonesia dengan biaya dari saya selama saya bekerja di England. Dan kedua adik saya berangkat ke Bandung Indonesia dengan semua biaya dari saya. Namun karena kondisi kesehatan yang saya hadapi setelah beberapa tahun bekerja di England dan kondisi kesehatan anak kedua saya yang harus menghadapi operasi berikutnya dengan biaya yang tinggi saya bersama istri saya sepakat untuk berhenti bekerja dan mencari pekerjaan yang ringan di UK atau saya harus kembali ke Timor-Leste. Setelah mempertimbangkan kami memutuskan untuk menghentikan adik perempuan saya yang telah memasuki semester 7 untuk mengambil cuti selama satu tahun untuk kembali ke Dili dan terus membantu adik laki-laki saya yang telah memasuki semester akhir untuk menyelesaikan pendidikan Hubungan Internasional (HI) di Bandung. Suatu keputusan yang sangat berat bagi adik saya tapi keadaan kondisi kesehatan dan kondisi ekonomi yang saya hadapi saya harus kembali. Dengan perkembangan di Timor-Leste memberikan peluang bagi generasi muda dan para veteran dalam membangun bangsa Timor-Leste memberikan saya signal untuk kembali bekerja atau berbuat sesuatu agar dapat membantu ekonomi keluarga dan menangung kedua adik dapat menyelesaikan pendidikan mereka.
Memasuki tahun 2009 saya menerima telepon dari Shalar Kossi bahwa PST akan melakukan kongres III dengan struktur organisasi baru. Waktu itu saya diberitahu bahwa nama saya dan beberapa teman yang saat ini di luar Timor Leste masih dianggap sebagai anggota cadangan. Saya dengan nada tenang berkata kepada Shalar Kossi bahwa saya menjadi anggota PST sebelum kemerdekaan, sekarang dan sampai mati. Karena PST adalah tempat untuk belajar dan berjuang bagi orang-orang lemah saya tidak peduli dengan menang atau kalah karena bagi kita perjuangan yang sebernarnya adalah perjuangan untuk membangun bangsa kita, merubah kehidupan kita melalui program politik partai.
Setelah itu pada suatu pagi hari awal tahun 2010 saya ditelepon kembali oleh Shalar Kossi bahwa melalui Jabatan sekretaris Negara untuk policy dan energy telah mendirikan sebuah mini industry untuk produksi minyak bahan bakar untuk energy terbarukan. Mini industria tersebut akan dikelolah oleh Joao Bosco Carceres alias Sa’unar, Laurindu Da Costa Lourdez, Alias RADOT KADOMI, dan Saya sendiri. Lalu saya ditanyai oleh Sekretaris Negara Urusan Politik dan Energi bahwa apakah anda masih mau bekerja di England atau akan kembali untuk ikut membangun bangsa kita? Saya menjawab bahwa saya tidak berpikir untuk menetap di England. Saya telah memutuskan untuk berhenti bekerja dan kembali dalam waktu dekat pekerjaan itu. Untuk membangun bangsa dan Negara yang telah kita merdekakan ini adalah tugas kita. Ketika masa perjuangan saya bersedia untuk melakukan segala aktivitas perjuangan untuk kemerdekaan yang dapat dibeli dengan kematian. Maka hari ini saya siap untuk kembali membebaskan rakyat kita dari ketergantugan yang menyebabkan rakyat miskin.
Saya bersama Laurindo menelpon Bosco untuk meminta penjelasan lebih dalam tentang mini industria tersebut. Kawan bosco menjelaskan bahwa mini industry tersebut untuk memproduksi minyak Biodiesel dari buah tumbuhan Jatropha. Dari penjelasan kawan Sa’unar saya mulai mencari informasi melalui internet tentang “JATROPHA” ai-oan mutin dalam bahasa Tetun. Setiap hari pulang kerja selalu membaca dan membaca semua perkembangan Jatropha dari seluruh dunia dan harga jual beli biji jatropha, dan produksi minyak dari biji jatropha untuk bahan bakar Biodiesel dari daratan USA, America Latin, Afrika, India dan daratan Asia. Dari semua bahan yang saya pelajari dan perkembangan dunia dengan menuju energy terbaru sebagai energy alternative. Keinginan dan kemauan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi merupakan kunci akan pengetahuan terhadap perkembangan dunia. Dengan kepedulian yang begitu besar terhadap kehidupan rakyat kita dapat memberikan info dan ikut mensosialisasikan kepada rakyat Timor Leste terutama para petani Timor Leste yang kaya akan luasnya tanah pertanian melalui program pembentukan koperasi-koperasi mandiri.
Ketika tiba di Dili saya bertemu berdiskusi dengan banyak teman-teman yang telah mendapatkan bantuan dari pemerintah tapi tidak menjalankaan program penenaman biji Jatrpha-ai-oan mutin. Dalam diskusi dengan para teman-teman yang bukan anggota partai sosialis saya katakan kepada mereka bahwa sebenarnya bukan sesuatu sulit untuk dilakukan atau diimplemetasikan tapi karena kurangnya informasi para teman-teman menganggap program yang dicetuskan oleh sekretaris Negara urusan policy dan energy itu sebagai proyek pemerintah.
Dengan begitu banyak proyek pemerintah yang ada kebanyakan orang yang tinggal di kota lebih menganggap bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan program pemerintah itu merupakan proyek. Ketika berbicara dengan para teman-teman tersebut saya mengatakan kepada mereka bahwa; apa yang ada sekarang ibaratkan sebuah “kolan air tampa mata air, kolan air tampa mata air sewaktu-waktu bisa saja kering akan tetapi mata air tidak akan pernah kering arti semua proyek dan kebijakan politik sekarang akan berlalu, tapi program untuk pengembangan penanaman bibit-bibit jatropha dan perkebunan tidak akan pernah mati akan terus berlanjut dan tidak akan pernah berhenti selama segala tanaman dapat menghasilkan uang”.
Namun apa yang saya hadapi adalah demikian orang di kota lebih menginginkan sesuatu cepat ada dari pada sesuatu yang harus menunggu berbulan-bulan akan tetapi berbeda dengan para petani di District, sub-District, Suco dan Aldeia. Para petani sangat mengharapkan segala sesuatu yang ditanam di dalam perkebunan mereka dapat menghasilkan uang agar dapat membantu perekonomian mereka.
Selama hampir satu tahun saya ikut mensosialisasikan program penanaman Jatropha ini dari semua District, Sub District, Suco dan Aldeia yang saya datangi kendala yang saya hadapi adalah ketidakpercayaan akan penanaman jatropha tersebut karena pernah ada sosialisasi semacan ini tapi ketika para petani menanaman jatropha tersebut tidak ada yang membeli biji jatrpha tersebut. Dengan pengetahuan informasi dan Mini Industria yang telah didirikan dapat menyakinkan para petani untuk membudidayakan jatropha sebagai salah satu tanaman yang dapat memberikan mereka pendapatan.
Masalah lain yang hadapi dalam sosialisasi pengembangan Jatropha dan segala bentuk produk local adalah kondisi ketergantungan yang telah diciptakan sejak masa transisi UN dengan program tiga dollar dan sekarang lebih parah lagi setelah memasuki pemerintahan sendiri pemimpin bangsa ini bukannya membangun lebih dulu kesadaran bangsa, akan tetapi para pemimpin bangsa ini terutama para pemimpin partai historis yang selama perjuangan 24 tahun tidak berada di Timor-Leste, lebih mengunakan nilai historis untuk kekuasaan dari pada menciptakan menciptakan suatu kondisi dimana tidak ada ketergantungan total dari rakyat terhadap pemerintah. Seharusnya subsidi itu sudah memberikan sedikit income terhadap orang-orang tua tapi harus ikuti dengan program-program yang pertanian yang memiliki konsep pembangunan ekonomi rakyat yang jelas.
Kalau tidak dengan suatu konsep pembangunan ekonomi rakyat yang jelas kebijakan akan subsidi akan membawa malapetaka karena begitu banyaknya pemuda yang mengangur dan lahan pertanian tidak diorientasikan untuk lahan produktif rakyat akan terbiasa dengan subsidi maka akan tercipta pencurian terhadap rumah-rumah para orang tua dimana-mana.
Dengan adanya mesin produksi minyak Jarak dari Jatropha melalui dana bantuan social dari SEPE kami mulai membeli biji jatropha untuk memproduksi minyak jarak namun karena waktu itu musin panen biji Jatropha telah lewat kami hanya membeli biji jatropha yang ada untuk terus meningkatkan bibit untuk para petani Di sekitar daerah Metinaro.
Selain melakukan pekerjaan sosialisasi jatropha kepada masyarakat luas untuk mengisi kekosongan waktu dalam aktivitas saya terus menulis dan terus menulis tentang segala sesuatu yang saya lewati bersama dengan kawan-kawan seperjuangan. Menulis dan menulis adalah bagian dari pekerjaan mengisi kekosongan dalam kesibukan saya dengan melihat perkembangan situasi politik dan situasi perkembangan ekonomi bangsa kita lebih mengarah ke ketidakadilan dan ketidakterbukaan antara pemimpin dan rakyat kita. Proses pembangunan dalam mengisi kemerdekaan tidak memberikan image demokrasi ekonomi yang tumbuh adil. Akibat dari Para elit politik atau kepemimpinan partai- politik yang ada lebih mementingkan kepentigan privadi mereka daripada kehidupan rakyat.
Mengikuti semua perkembangan pembahasan tentang proses negosiasi minyak dan gas di laut Timor serta mengikuti semua pembahasan undang-undang di Parlemen Nasional Republic Demokratik Timor-Leste tentang semua draft undang-undang terutama undang-undang tentang tentang “santunan seumur hidup” atau “Pensaun Vitalisia” dan undang-undang tentang perburuhan.
Pada tanggal 1 Mei 2011 sebagai seorang militante PST saya bersama beberapa camarada mendapat tugas dari Biro Politil PST untuk mengorganisir aksi 1 Mei 2011 dengan tuntutan “Saham untuk Buruh dan Tanah untuk Tani” dibawah bendera Sendikatu Trabalhadores Camponeses Socialista de Timor(STCST). Dengan tuntutan tersebut kami mengajukan proposal untuk perubahan mendasar terhadap prinsip-prinsip umum Undang-Undang perburuhan yang saat itu sedang dibahas oleh Parlemen Nasional. Proposal perubahan Undang-Undang tersebut diserahkan kepada Presiden RDTL, Perdana Menteri GAMP, Anggota PN komisi H dan komisi A serta ketiga Uskup di diocese Baucau, Dili dan Maliana.
Kami berusaha untuk meloby komisi H dengan Antonio Cardoso namun tetap tidak ada perubahan dalam diskusi mereka tentang perubahan dalam prinsip-prinsip fundamental UU perburuhan tersebut.
Mengapa harus ada tuntutan untuk perubahan yang substancial dalam prinsip-prinsip dasar undang-undang perburuhan kita? Dalam kehidupan kita sebagai kaum buruh kita menyaksikan ketidakadilan dalam demokrasi ekonomi kita. Buruh adalah yang sebenarnya sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi Negara melalui tenaga mereka selama sehari delapan jam kerja dalam seminggu dengan gaji yang sangat terhina dibawa standar kehidupan yang begitu mahal. Negara kita memiliki kekayaan alam yang begitu besar jika dibanding dengan Negara-negara di dunia ketiga lainnya. Dengan gaji minimum dibawa 200 dolar per bulan tidak mencukupi kehidupan buruh di Timor-Leste. Kita mengajukan perubahan fundamental dalam undang-undang perburuhan di Timor-Leste yang membingunkan para investor karena gaji minmum tidak sesuai dengan standar hidup di Negara kita.
Keputusan saya untuk kembali berjuang bersama dengan kawan-kawan dalam organisasi perburuhan atau STCST ini merupakan komitment saya sebagai seorang militant partai sosialis yang juga adalah buruh. Ini merupakan perjuangan yang panjang untuk merubah segala sesuatu yang menurut kita sangat bertentangan dengan kehidupan kita sebenarnya. Memutuskan untuk kembali karena sedikit atau banyak telah mengalami dan memahami, dengan sadar dan sesadarnya, kehidupan sebagai buruh yang sebanarnya dalam kurung waktu 5 tahun bekerja sebagai buruh di UK.
Pengalaman hidup sebagai buruh dan kondisi kerja mengajarkan saya kesadaran akan suatu kehidupan sebagai warganegara yang baik dan bertangungjawab serta pemahaman akan pergaulan hidup dalam kemasyarakatan. Pengalaman hidup mengajarkan saya akan bagaimana memahami kondisi social dan politik dalam memperjuangkan suatu kehidupan bermasyarakat yang baik untuk mengisi kehidupan sebagai warganegara. Kewajiban kita sekarang bagaimana memberi konstribusi kita sebagai warganegara terhadap Negara. Hal itu akan terwujud jika kita diberi kesempatan untuk bekerja dinegara kita melalui suatu system politik yang baik. Suatu system politik yang baik adalah sustu system politik yang mengutamakan kesejahteraan masyarakat kita sendiri daripada kepentingan politik kelompok atau relasi perorangan.
Dengan melihat system politik dan kondisi kehidupan demikian dalam Negara kita yang kaya akan kekayaan alam, saya mencoba mengupas sebuah artikel tentang proses negosiasi minyak dan gas celah Timor yang nota bene adalah miliki rakyat kita. Karena setelah sekian lama mengikuti proses negosiasi minyak dan gas di laut Timor terutama negosiasi “Greater Sunrise” dengan mempelajari sedalam-dalamnya proses negosiasi tersebut saya mencoba menulis sebuah artikel tentang proses negosiasi “Greater Sunrise” dengan judul artikel “O Pecado Politico do Marie Alktiri e Ramos Horta” untuk membuka tabir yang hingga saat ini tidak diketahui oleh rakyat tentang proses negociasi tersebut.